Kisah Demang Lehman, Panglima Perang Banjar yang dikubur tanpa kepala karena dipenggal Belanda
LENDURAMENEHUNG.org - DEMANG LEHMAN, PANGLIMA PERANG BANJAR YANG DIKUBUR TANPA KEPALA KARENA DIPENGGAL BELANDA
Kisah Demang Lehman, Panglima Perang Banjar yang dikubur tanpa kepala karena dipenggal Belanda akan dibahas lengkap dalam artikel ini.
Demang Lehman yang tewas di tiang gantungan, tetap menjadi pahlawan di masyarakat. Beliau merupakan panglima perang yang tidak bisa dikesampingkan di Kerajaan Banjar. Demang Lehman dengan gagah berani menjadi Panglima Perang Banjar. Namun nama Demang Lehman kurang familiar di masyarakat.
Dilansir beragam sumber, Selasa (5/9/2023), Demang Lehman lahir pada tahun 1832 di Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, dan meninggal di Martapura pada tanggal 27 Februari 1864 pada usia 32 tahun.
Beliau merupakan salah satu panglima perang yang berperan penting dalam Perang Banjar. Nama lahir pahlawan tersebut adalah “Idies”, namun ia diberi gelar "Kiai Demang" karena menjadi pejabat pengendali Lalawangan (distrik) Kesultanan Banjar.
Demang Lehman merupakan salah satu asisten dan orang kepercayaan Pangeran Hidayatullah. Kesetiaan, kepiawaian, dan pengabdian Demang Leman membuatnya diserahi tugas besar menjadi kepala distrik di Riam Kanan.
Kebijaksanaan dan kepiawaian Demang Lehman dalam memimpin perang menarik perhatian Belanda saat itu. Bahkan, ia dikenal sebagai pejuang yang ditakuti sekaligus dibanggakan karena kemampuannya dalam mengumpulkan massa.
Pada tanggal 30 Agustus 1859, Demang Lehman mengerahkan 3.000 pasukan ke Istana Bumi Selamat yang saat itu diduduki oleh Belanda. Dalam pertempuran tersebut, Letnan Kolonel Boon Ostade hampir terbunuh.
Demang Lehman juga berhasil merebut dan menguasai benteng Belanda di Tabaniau. Belanda tidak tinggal diam. Mereka mengirim kapal perang Bone ke Tanah Laut untuk merebut Benteng Tabaniau. Pertempuran berlangsung begitu sengit hingga sembilan tentara Belanda tewas ketika pasukan Letnan Laut Cronental menyerbu Benteng Tabaniau dan mereka melarikan diri.
Belanda kembali mencoba merebut benteng Tabaniau pada serangan keduanya. Namun lagi-lagi Demang Lehman, Kiai Lang Lang dan Penghulu Haji Buyasin berhasil mempertahankan benteng tersebut.
Meskipun Belanda mempunyai persenjataan lengkap dan angkatan laut yang dikerahkan pada saat itu. Namun pasukan Demang Lehman mampu melarikan diri tanpa dilumpuhkan.
Pada tahun 1861, Belanda berambisi merebut kembali Benteng Tabaniau. Pertempuran yang sangat sengit pun terjadi antara kedua kubu hingga kedua kubu kewalahan.
Saat itulah Demang Lehman ditangkap. Surat kabar bertanggal 7 Mei 1864 menyebutkan, saat Demang Lehman ditahan, tidak ada satupun orang yang menjenguknya karena warga takut disangkutpautkan dengan Demang Lehman.
Hingga akhirnya Demang Lehman dieksekusi mati setelah beberapa hari ditahan. Ia dieksekusi saat puasa Ramadhan. Sayangnya, usai dieksekusi, kepalanya dipenggal oleh Belanda dan dibawa ke Konservator Rijksmuseum van Volkenkunde Leiden. Hingga akhirnya kepala sang pahlawan disimpan di Museum Leiden Belanda.
Karena itulah jenazah Demang Lehman dikuburkan tanpa kepala, yang dikenal dengan sebutan "Pahlawan Bumi Tanpa Kepala".