papirus itu disimpan aman di Perpustakaan Inggris.

papirus itu disimpan aman di Perpustakaan Inggris.

foto

LENDURAMENEHUNG.org - Di balik reruntuhan sejarah yang megah, kita kadang menemukan hal paling manusiawi—sebuah surat sederhana dari anak kepada ayahnya, ditulis hampir 1900 tahun yang lalu di Mesir Romawi. Surat ini, yang kini dikenal sebagai Papyrus 2104, bukanlah perintah kerajaan atau catatan perdagangan, melainkan ungkapan kasih sayang pribadi: "Ayah, aku mengirimimu sekeranjang buah ara dan 25 apel terbaik. Aku beri label agar kau tahu itu dariku. Hati-hati dan balas suratku, ya!" Bayangkan dunia pada abad ke-2: Mesir berada di bawah kekuasaan Romawi, papirus adalah kertasnya zaman itu, dan menulis surat adalah satu-satunya cara untuk terhubung melintasi jarak. Di tengah zaman di mana sejarah biasanya diisi oleh kaisar dan perang, surat ini adalah bisikan lembut dari masa lalu—tentang keluarga, perhatian, dan kerinduan. Yang membuatnya begitu mengharukan adalah kesederhanaan dan keakrabannya. Tidak ada pretensi. Hanya seorang anak yang mengirim buah-buahan dengan label nama agar ayah tahu itu darinya—sebuah bentuk cinta dalam bentuk paling murni. Dan seperti anak mana pun, dia meminta: “Tulis aku kembali.” Hari ini, papirus itu disimpan aman di Perpustakaan Inggris. Tapi isinya terus hidup, mengingatkan kita bahwa—bahkan ribuan tahun lalu—ikatan antara orang tua dan anak sama kuat dan tulusnya seperti sekarang. Surat itu adalah warisan bukan hanya bagi arkeologi, tapi juga bagi kemanusiaan.

#Artikel
SHARE :