Wae Rebo adalah sebuah desa adat terpencil di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur

Wae Rebo adalah sebuah desa adat terpencil di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur

wae rebo

LENDURAMENEHUNG.org -  Wae Rebo adalah sebuah desa adat terpencil di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Wae Rebo merupakan salah satu destinasi wisata budaya di Kabupaten Manggarai.

Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Di kampung ini hanya terdapat tujuh rumah utama atau yang disebut sebagai Mbaru Niang. Wae Rebo dinyatakan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012 dengan menyisihkan 42 negara lainnya. Wae sendiri dalam bahasa manggarai artinya ialah "air". Desa Waerebo sendiri sudah berumur 1200 tahun dan sudah memasuki generasi ke 20. Dimana satu generasi berusia 60 tahun lamanya.

Nenek Moyang Masyarakat Wae Rebo

Menurut legenda masyarakatnya, nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau yang bernama Empo Maro. Berlayar dari Pulau Sumatera hingga ke Labuan bajo, Empo Maro melarikan diri dari kampungnya karena difitnah dan ingin dibunuh. 

Dalam pelariannya itu, Maro bertemu dengan seorang gadis dan dijadikannya sebagai istri. Ia mengajak perempuan tersebut untuk ikut bersamanya. 

Pada suatu malam Maro bermimpi bertemu dengan seorang petua yang berbicara kepada Maro untuk menetap dan berkembang di Kampung Wae Rebo. Maro mengikuti apa yang petua itu katakan. Ia bersama istrinya mencari Kampung Wae Rebo tersebut. Setelah menemukan kampung Wae Rebo, Maro dan istri hidup dan menetap di sana. Wae Rebo, Kampung Adat Misterius di Tengah Pegunungan Flores

Catatan sejarah

Leluhur Wae Rebo diyakini sebagai keturunan minangkabau. Dalam tutur lisaan yang diwariskan dari generasi ke generasi, diceritakan bahwa Empo Maro dan Bimbang berlayar dari Minangkabau. Hingga kini, penulis sejarah Manggarai mencatat cerita lisan dari tetua adat bahwa nenek moyang orang Manggarai berasal dari beberapa tempat dan salah satunya adalah Minangkabau.

Dunia luar mengenal Wae Rebo terutama bermula dari informasi dan foto-foto dari seorang peneliti bidang antropogi. Peneliti tersebut berasal dari Inggris dan kini menjadi professor di LSE, Catherine Allerton. Sekitar tahun 1997, foto-foto tentang Wae Rebo dan Rumah Adat yang berbentuk kerucut tersebar dan dikenal luas melalui kartu pos.

Yori Antar adalah arsitektur yang berjasa untuk Konservasi Wae Rebo. Setelah melakukan perjalanan arsitektural ke Pulau Flores pada tahun 2008, Yori Antar bersama warga untuk memugar dan membangun kembali ketujuah rumah adat Wae Rebo. Upaya konservasi ini mendapat apresiasi dari dunia internasional, misalnya pada tahun 2013, Wae Rebo mendapat penghargaan dari Aga Khan dalam industri arsitektur.